Sartimin dan Sartinah adalah suami istri yang sangat miskin. Hidup terpencil di sebuah pegunungan tandus. Kehidupan mereka sehari-hari mencari kayu untuk dijual sebagai kayu bakar. Penghasilan mereka sangat minim, jauh dibawah normal. Dari tahun ketahun, suami istri yang hidup bersama emaknya bergulat dengan kesulitan ekonomi. Hal itu membuat hati dan watak Sartinah menjadi keras. Mudah marah, egois, obsesinya menjadi seorang yang kaya raya. Ketika Sartimin sedang menggali lubang, ia menemukan harta karun. Harapan untuk mengubah nasib, menjadi orang kaya raya akan menjadi kenyataan. Untuk menjaga agar penemuan harta karunnya itu tidak tersebar kemana-mana, maka suami istri itu bersepakat untuk merahasiakan temuannya itu kepada Emaknya. Kemudian secara bergantian suami istri itu diperingatkan oleh suara hatinya, untuk kembali hidup sederhana dengan menyerahkan temuannya itu kepada yang berwewenang. Kaya raya bukan segala-galanya. Sartinah menolak tegas-tegas anjuran itu. Sedangkan Sartimin yang hatinya sedikit lunak itu mempertimbangkan anjuran itu. Bagaimana akhir dari kisah ini? Saksikan Suara-suara Hati.
Sartimin dan Sartinah adalah suami istri yang sangat miskin. Hidup terpencil di sebuah pegunungan tandus. Kehidupan mereka sehari-hari mencari kayu untuk dijual sebagai kayu bakar. Penghasilan mereka sangat minim, jauh dibawah normal. Dari tahun ketahun, suami istri yang hidup bersama emaknya bergulat dengan kesulitan ekonomi. Hal itu membuat hati dan watak Sartinah menjadi keras. Mudah marah, egois, obsesinya menjadi seorang yang kaya raya. Ketika Sartimin sedang menggali lubang, ia menemukan harta karun. Harapan untuk mengubah nasib, menjadi orang kaya raya akan menjadi kenyataan. Untuk menjaga agar penemuan harta karunnya itu tidak tersebar kemana-mana, maka suami istri itu bersepakat untuk merahasiakan temuannya itu kepada Emaknya. Kemudian secara bergantian suami istri itu diperingatkan oleh suara hatinya, untuk kembali hidup sederhana dengan menyerahkan temuannya itu kepada yang berwewenang. Kaya raya bukan segala-galanya. Sartinah menolak tegas-tegas anjuran itu. Sedangkan Sartimin yang hatinya sedikit lunak itu mempertimbangkan anjuran itu. Bagaimana akhir dari kisah ini? Saksikan Suara-suara Hati.
Ketika JATI (bahasa Jawa yang artinya : Kejujuran dan kebenaran) berusia 9 tahun, ia sudah meninggalkan bangku sekolah. Jati ingat bagaimana sekolah telah mengecewakan seorang anak penjual susu keliling. Iya! Jati memang bukan berasal dari keluarga berkecukupan. Ayahnya, SALIM adalah penjual susu keliling yang menggunakan sepeda sebagai tumpuan hidupnya. Sedangkan ibunya, RITA adalah ibu rumah tangga biasa yang sudah lumpuh kakinya sejak 3 tahun lalu akibat sebuah kecelakaan. Sebenarnya Jati adalah anak yang pintar dan punya kemauan belajar yang besar. Dibanding anak lainnya, Jati lebih cepat bisa baca- tulis. Tapi karena ia anak yang tinggal di bantaran rel kereta api,dan juga pengamen membuatnya ia mengalami diskriminasi.Jati ingat bagaimana tatapan teman-teman sekelasnya melihat sepatunya yang bolong dan seragamnya yang kumal. Jati ingat bagaimana wali kelasnya menuduhnya mencontek padahal justru teman sebangkunya’lah yang mencontek. Ia mempunyai temen yang bernama Poltak, Acai dan Yapto, seorang preman yang sudah berubah menjadi sosok yang dermawan dan memiliki sekolah/tempat belajar gratis untuk anak-anak yang tidak mampu. Jati terlibat dalam kasus pencurian. Sebenarnya tidak satupun barang yang Jati curi. Jati menulis surat dari penjara kepada teman-temannya yang berisi alasan mengapa ia bisa tersandung dalam kasus itu. Apakah Jati bisa bebas dari penjara? Bagaimana kisah selanjutnya?
Ketika JATI (bahasa Jawa yang artinya : Kejujuran dan kebenaran) berusia 9 tahun, ia sudah meninggalkan bangku sekolah. Jati ingat bagaimana sekolah telah mengecewakan seorang anak penjual susu keliling. Iya! Jati memang bukan berasal dari keluarga berkecukupan. Ayahnya, SALIM adalah penjual susu keliling yang menggunakan sepeda sebagai tumpuan hidupnya. Sedangkan ibunya, RITA adalah ibu rumah tangga biasa yang sudah lumpuh kakinya sejak 3 tahun lalu akibat sebuah kecelakaan. Sebenarnya Jati adalah anak yang pintar dan punya kemauan belajar yang besar. Dibanding anak lainnya, Jati lebih cepat bisa baca- tulis. Tapi karena ia anak yang tinggal di bantaran rel kereta api,dan juga pengamen membuatnya ia mengalami diskriminasi.Jati ingat bagaimana tatapan teman-teman sekelasnya melihat sepatunya yang bolong dan seragamnya yang kumal. Jati ingat bagaimana wali kelasnya menuduhnya mencontek padahal justru teman sebangkunya’lah yang mencontek. Ia mempunyai temen yang bernama Poltak, Acai dan Yapto, seorang preman yang sudah berubah menjadi sosok yang dermawan dan memiliki sekolah/tempat belajar gratis untuk anak-anak yang tidak mampu. Jati terlibat dalam kasus pencurian. Sebenarnya tidak satupun barang yang Jati curi. Jati menulis surat dari penjara kepada teman-temannya yang berisi alasan mengapa ia bisa tersandung dalam kasus itu. Apakah Jati bisa bebas dari penjara? Bagaimana kisah selanjutnya?
Ketika JATI (bahasa Jawa yang artinya : Kejujuran dan kebenaran) berusia 9 tahun, ia sudah meninggalkan bangku sekolah. Jati ingat bagaimana sekolah telah mengecewakan seorang anak penjual susu keliling. Iya! Jati memang bukan berasal dari keluarga berkecukupan. Ayahnya, SALIM adalah penjual susu keliling yang menggunakan sepeda sebagai tumpuan hidupnya. Sedangkan ibunya, RITA adalah ibu rumah tangga biasa yang sudah lumpuh kakinya sejak 3 tahun lalu akibat sebuah kecelakaan. Sebenarnya Jati adalah anak yang pintar dan punya kemauan belajar yang besar. Dibanding anak lainnya, Jati lebih cepat bisa baca- tulis. Tapi karena ia anak yang tinggal di bantaran rel kereta api,dan juga pengamen membuatnya ia mengalami diskriminasi.Jati ingat bagaimana tatapan teman-teman sekelasnya melihat sepatunya yang bolong dan seragamnya yang kumal. Jati ingat bagaimana wali kelasnya menuduhnya mencontek padahal justru teman sebangkunya’lah yang mencontek. Ia mempunyai temen yang bernama Poltak, Acai dan Yapto, seorang preman yang sudah berubah menjadi sosok yang dermawan dan memiliki sekolah/tempat belajar gratis untuk anak-anak yang tidak mampu. Jati terlibat dalam kasus pencurian. Sebenarnya tidak satupun barang yang Jati curi. Jati menulis surat dari penjara kepada teman-temannya yang berisi alasan mengapa ia bisa tersandung dalam kasus itu. Apakah Jati bisa bebas dari penjara? Bagaimana kisah selanjutnya?
Ketika JATI (bahasa Jawa yang artinya : Kejujuran dan kebenaran) berusia 9 tahun, ia sudah meninggalkan bangku sekolah. Jati ingat bagaimana sekolah telah mengecewakan seorang anak penjual susu keliling. Iya! Jati memang bukan berasal dari keluarga berkecukupan. Ayahnya, SALIM adalah penjual susu keliling yang menggunakan sepeda sebagai tumpuan hidupnya. Sedangkan ibunya, RITA adalah ibu rumah tangga biasa yang sudah lumpuh kakinya sejak 3 tahun lalu akibat sebuah kecelakaan. Sebenarnya Jati adalah anak yang pintar dan punya kemauan belajar yang besar. Dibanding anak lainnya, Jati lebih cepat bisa baca- tulis. Tapi karena ia anak yang tinggal di bantaran rel kereta api,dan juga pengamen membuatnya ia mengalami diskriminasi.Jati ingat bagaimana tatapan teman-teman sekelasnya melihat sepatunya yang bolong dan seragamnya yang kumal. Jati ingat bagaimana wali kelasnya menuduhnya mencontek padahal justru teman sebangkunya’lah yang mencontek. Ia mempunyai temen yang bernama Poltak, Acai dan Yapto, seorang preman yang sudah berubah menjadi sosok yang dermawan dan memiliki sekolah/tempat belajar gratis untuk anak-anak yang tidak mampu. Jati terlibat dalam kasus pencurian. Sebenarnya tidak satupun barang yang Jati curi. Jati menulis surat dari penjara kepada teman-temannya yang berisi alasan mengapa ia bisa tersandung dalam kasus itu. Apakah Jati bisa bebas dari penjara? Bagaimana kisah selanjutnya?